Kota Malang, di bawah pohon beringin tempat nongkrong favorit.
Aku menunggu seseorang. Bukan, bukan pacar. Lagipula aku masih memilih
jadi jomblo prinsip daripada cari pacar.
Yang kutunggu dia sahabatku, namanya Tabita, biasanya sering kupanggil
Bita. Kami sudah bersama sejak duduk di bangku SMA. Dan beruntungnya waktu di
perguruan tinggi kami kembali bersama di satu jurusan, dan beruntungnya kami
berdua ‘terjebak’ di kelas yang sama.
Bita ini sudah punya pacar, Ino namanya, temen SMP-nya tapi baru jadian
ketika udah lulus, sayangnya mereka nggak satu sekolah. Coba kalau mereka
berdua satu sekolah, pasti aku bakal ngerjain mereka terus.
Beda sama aku, sayangnya hubunganku sama pacarku (lebih tepatnya
sekarang disebut mantan) harus kandas ketika aku lulus SMA.
“Hoi. Ngelamun aja.” Bita duduk di sampingku.
“Ahh enggak ngelamun kok.”
“Kelihatan tuh. Udah lulus nih, masak masih belum move on juga sih?”
“Cuma move on kan? Kalau cuma move on sih gampang, Bit.”
“Sekalian cari gebetan, sekalian dipacarin tuh.”
“Itu urusan belakangan, Bit. Kan aku udah pernah bilang kalau mau fokus
belajar dulu.”
“Yee jangan gitu dong emangnya kalau pacaran bakal terganggu ya
belajarnya?”
“Iya kayak kamu tuh kalau pacaran sama Ino, aku jadi ditinggalin.”
“Nah makanya kamu juga punya pacar, biar nggak sendiri kalau aku
tinggalin. Kan nanti jadi sama-sama pacaran.”
“Yaahh dasar modus nih sukanya.”
“Hehehe kan biar kamu punya pacar.”
“Ah apaan sih, nggak punya pacar juga nggak mati kan.”
“Hehehe iya deh iya. Tapi kalau cuma sekedar suka enggak apa-apa dong.
Mungkin aja bisa jadi motivasi.”