Minggu, 17 Agustus 2014

Perempuan Dalam Mimpi Itu Ternyata...

“Hei, bisakah kau mendengar suaraku?”

“Hei! Tolong bangunlah!”

Cahaya matahari pagi menerobos ke kamarku. Sepertinya kali ini aku lupa menutup gorden kamarku. Dan aku terbangun di meja belajarku.

Lagi-lagi aku bermimpi aneh! Hampir setiap malam aku mendengar suara-suara aneh dalam mimpiku.

“Bagaimana hasil makalahmu? Apa sudah ada kemajuan?”

“Masih berjalan sampai sekarang. Tapi aku masih belum menemukan titik terang yang sebenarnya.”

“Tuh kan kau sendiri kerepotan dengan masalah yang kau ambil.”

“Lalu bagaimana juga dengan hasil makalahmu?”

“Ehehehe, sebenarnya aku bisa menguasainya, tapi gara-gara tiap malam aku memainkan game yang baru kubeli aku jadi lupa untuk membuatnya.”

“Ah kau ini sama saja seperti biasanya! Kalau kau terus memperhatikan game kapan selesainya tugasmu?!”
“Jangan begitulah! Kau juga suka begadang kan akhir-akhir ini!”

“Tapi begadangku kan untuk melanjutkan makalahku, tidak seperti dirimu yang main-main.”

“Hahaha, sudah-sudah, jangan bahas ini lagi, lebih baik kita sekarang pulang saja, segera selesaikan makalahnya. Lebih cepat lebih baik.”

Bam!

Aku membenamkan diriku diatas tempat tidurku. Akhir-akhir ini aku memang sering begadang, dan itu membuatku merasa lelah di siang hari. Merebahkan tubuh seperti ini membuatku merasa nyaman meskipun hanya untuk sementara waktu.

Senin, 16 Juni 2014

Mungkin Kau Terlalu Lelah

Dalam kegelapan ini aku melangkah. Tak seorangpun dan tak ada apapun yang bisa kutangkap dengan mataku ini.

Aku tetap melangkah. Melangkah tanpa tujuan dan harapan. Seperti kertas yang diterbangkan angin begitu saja.

Aku lelah, aku lelah berjalan seperti ini dan itu. Ingin kuakhiri saja semua ini. Biar saja kupendam semua hasrat dan impianku.

“Istirahatlah.”

Aku tertegun mendengar suara itu. Suara apakah yang baru kudengar itu? Aku kembali melangkahkan kaki. Kuraba dinding dan batuan yang ada di sampingku agar aku tak terjatuh untuk yang kesekian kalinya.

“Istirahatlah.”

Aku mendengar lagi suara itu, dan kali ini terdengar dengan jelas.

“Istirahatkan dulu pikiranmu. Mungkin kau sudah terlalu lelah menjalani ini semua.”


Aku memberhentikan langkah kakiku lalu aku mendudukkan diriku di tengah kegelapan dan kesunyian itu, sendiri.